Muktamar NU ke-34 menyodorkan tiga nama calon ketua umum yang akan memimpin salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia itu untuk periode 2021-2026.
Jumlah itu bertambah, setelah di hari sebelumnya hanya ada dua nama yang santer dipastikan maju, yakni petahana Said Aqil Siradj dan Yahya Cholil Staquf. Belakangan, ada nama As'ad Ali yang dipastikan maju dan meramaikan peta persaingan posisi ketua umum PBNU.
Munculnya nama As'ad disebut-sebut bakal mengubah peta persaingan posisi ketua umum. Sebagai petahana, Said Aqil akan menghadapi lawan kuat dua pesaingnya yang merupakan sosok penting di NU.
Sedangkan, Yahya Staquf, kendati mengklaim didukung mayoritas pengurus wilayah NU, kemunculan As'ad akan memecah suara pendukungnya. Terlebih, As'ad dikenal memiliki basis di wilayah karena sempat aktif dalam proyek kaderisasi NU lewat Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU).
"Beliau ini adalah seorang yang punya track record baik sebagai orang yang menciptakan kaderisasi di NU, di seluruh Indonesia dengan PKPNU itu," ujar pengamat politik AS Hikam kepada CNNIndonesia.com, Kamis (23/12).
Hikam membeberkan hitung-hitungan politik terhadap kans tiga nama yang akan bersaing memperebutkan posisi NU 1. Menurut dia, tingkat keterpilihan ketiganya akan sangat bergantung pada model pemilihan yang akan diterapkan.
Dua model pemilihan itu yakni, musyawarah mufakat atau voting oleh suara pengurus NU di wilayah dan cabang. Jika model pemilihan menggunakan opsi pertama, katanya, petahana akan memiliki keunggulan karena memiliki basis suara struktural.
Sedangkan, opsi kedua akan memberi keuntungan pada penantang, terutama Yahya Cholil. Menurut Hikam, mau tidak mau, hingga kini Yahya telah mendapat dukungan dari kelompok politik di internal NU.
Mantan menteri era Presiden Abdurahman Wahid itu mengaku tak menafikan unsur politisi dalam setiap momen pemilihan ketua umum PBNU. Hal itu menjadi rahasia umum dalam Muktamar ke-33 di Jombang 2014 silam.
"Faktanya, di Muktamar ke-33 di Jombang kan begitu. Manuver para politisi itu sangat kuat. Nah ini juga akan begitu," kata dia.
Dalam situasi itu, Hikam karenanya tak menafikan unsur politik akan begitu kental dalam Muktamar ke-34 yang tengah berlangsung di Lampung.
Sementara hingga saat ini, manuver politik itu justru Kendal di kubu Yahya Staquf. Ia menyebut Yahya telah didukung oleh beberapa nama politisi penting di PKB sebagai partai anak kandung NU, seperti Muhaimin Iskandar, Nusron Wahid, tak terkecuali Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.
Bahkan, tak menutup kemungkinan oleh adiknya, Yaqut Cholil Qoumas selaku Menteri Agama.
"Yang punya pengaruh politik dan manuver itu kan kubunya Yahya Staquf. Itu cuma nggak mengakui saja," kata dia.
Meski begitu, lanjut Hikam, Said Aqil bukan berarti akan jadi lawan mudah. Pasalnya, mau tidak mau, petahana tetap memiliki sumber daya berupa kekuatan struktural dan loyalis yang aktif di kepengurusan PBNU.
Oleh karena itu, munculnya nama As'ad menurut Hikam bisa menjadi alternatif pilihan. Posisi mantan ketua Badan Intelijen Negara (BIN) itu, kata dia, sedikit banyak akan berpengaruh pada kekuatan lobi politik kubu Yahya Staquf di basis suara pengurus wilayah.
"Beliau akan bisa membuat pertarungan itu tidak hanya terkait manuver. Kenapa karena Pak As'ad juga punya kader-kader di bawah yang bisa meredam manuver politik," katanya.
(thr/DAL)AS Hikam soal Muktamar NU: Yahya Staquf Kuat, Tapi Dipecah As'ad Ali - CNN Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment