Sejumlah pedagang mengeluhkan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertalite pada pekan depan.
Ipul, pedagang sayur-mayur menggunakan motor atau terkadang mobil untuk berjualan di Pasar Sukatani Depok setiap hari. Tak hanya itu, ia juga sering mengantar pesanan sayur sampai depan rumah konsumen.
Jika dihitung, Ipul biasa merogoh kocek minimal Rp40 ribu-Rp100 ribu per hari untuk membeli BBM jenis Pertalite.
"Per hari rata-rata Rp40 ribu karena kan bolak balik, dari rumah ke pasar, lalu mengantarkan belanjaan delivery. Dihitung sama mobil bisa Rp100 ribu," ucap Ipul kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (20/8).
Kalau pemerintah benar-benar mengerek harga pertalite, berarti Ipul harus siap-siap menyiapkan dana lebih besar untuk berjualan di pasar dan mengantar sayur ke rumah konsumen.
Apalagi, jika harga pertalite naik menjadi Rp10 ribu per liter seperti yang dibahas oleh banyak pihak saat ini.
"Kalau naiknya jadi Rp10 ribu itu berat kan mayoritas kita kelas menengah ke bawah ya. Kalau begitu sekalian saja hilangkan pertalite, selisihnya sedikit ke pertamax," keluh Ipul.
Ia juga mengeluh karena wacana kenaikan harga pertalite terjadi di tengah lonjakan harga pangan. Sebagai penjual sayur-mayur, Ipul tahu betul kebutuhan dapur sedang mahal-mahalnya sekarang.
"Apalagi sekarang semua harga bahan pangan naik. Telur dan cabai itu belum turun-turun. Cabai masih di atas Rp50 ribu, normalnya kan di bawah Rp50 ribu," katanya.
Ayah anak satu ini bahkan memprediksi harga bahan pangan berpotensi naik hingga 40 persen ke konsumen jika pemerintah benar-benar mengerek harga pertalite menjadi Rp10 ribu per liter.
"Dari petani ke bandar pasti nanti harga naik, dari bandar ke pengecer harga naik juga, pengecer ke penjual di pasar naik, nah dari pedagang pasar ke konsumen ya naik juga. Itu mungkin ke konsumen bisa naik 40 persen kalau rata-rata dari masing-masing tadi naik 10 persen," jelas Ipul.
Biaya Beli BBM Bengkak
Senada, penjual tahu sutra bernama Udin juga mengeluhkan rencana pemerintah menaikkan harga Pertalite. Menurut dia, hal itu akan membuat biaya membeli BBM menjadi bengkak.
Apalagi, penjualan tahu sutra Udin menurun beberapa waktu terakhir. Jadi, kenaikan harga pertalite akan sangat menguras dompet Udin ke depannya.
"Sekarang penjualan lagi turun, kalau harga Pertalite naik ya berat. Tapi rakyat kecil kan ya mau gimana lagi. Cuma bisa ngomong doang kalau itu berat," ungkap Udin.
Jika harga pertalite naik, bukan tidak mungkin harga jual tahu sutra ikut meningkat. Namun, Udin tak punya proyeksi berapa kira-kira harga tahu itu akan kembali naik ke depannya.
Saat ini, ia menjual tahu sutra sebesar Rp13 ribu per kantong. Harga itu sudah naik dari sebelumnya yang cuma Rp12 ribu per kantong.
"Saya ambil dari agen, bukan langsung dari pabrik karena ini tahu Bandung sutra," imbuh Udin.
Kenaikan itu saja sudah membuat penjualan Udin berkurang. Dulu bisa laku 40 kantong, sekarang hanya 35 kantong per hari.
"Penjualan saya turun karena harga lagi naik-naik," terang Udin.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan Jokowi akan mengumumkan kenaikan harga pertalite dan solar pekan depan. Hal ini dilakukan karena pemerintah sudah tak kuat menanggung beban subsidi energi di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia.
"Mungkin minggu depan presiden akan mengumumkan mengenai apa dan bagaimana mengenai kenaikan harga ini. Jadi presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan demikian karena harga BBM kita termurah se kawasan dan itu beban untuk APBN," ucap Luhut.
Tahun ini, pemerintah mengalokasikan subsidi energi sebesar Rp502 triliun atau naik dari rencana awal yang hanya Rp170 triliun. Keputusan ini seiring dengan kenaikan harga minyak mentah dunia yang sempat tembus lebih dari US$100 per barel.
Sementara, harga BBM penugasan pertalite masih ditahan di level Rp7.650 per liter dan solar bersubsidi Rp5.150 per liter.
(aud/asa)Jerit Pedagang Sayur Kecil Jelang Harga Pertalite Naik Minggu Depan - CNN Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment